Kamis, 25 Oktober 2012

Rijo, Terima Kasih Telah Mengajarkan Kerja Keras

Pagi ini saya ketemu temen kecil sepermain yangg sudah lama sekali tidak bertemu (mungkin lebih dari 2 tahunan semenjak dia menikah). Rijo, namanya. Seperti biasa dan telah menjadi kebiasaan saya. Setiap keluar dari pintu pagar rumah, selalu membaca Al-Fatihah, Al-Iklas, An-Naas, dan Ayat Kursi sambil menikmati hangat dan segarnya pagi hari. Saat Rijo tersenyum,konsentrasi saya pecah dan berpikir siapakah pria yang ramah dan berwajah cerah ini.

Saat kami berjarak 3 meter-an, barulah saya ingat dia dan saya hentikan bacaan surat saya sambil melemparkan senyum. Masya Allah, sebelum kata terucap saya sudah merasakan kehangatan persahabatan dari dia. Kami tersenyum dan berjabat tangan erat sambil nempuk pundak masing-masing.Dan mulai mengalirlah suatu percakapan untuk bertukar kabar.

Dia kerja sebagai Buruh di Priuk dan Baru aza pulang dari 2 Shift (16 jam) yang di jalaninya. Terlihat letih, penah dan kantuk dari wajahnya tapi sangat lembut dan hangat tatapannya kepada saya. Dia ternyata dia udah punya 2 anak sehingga ia harus bekerja keras.

"Gimana Jo' capek banget dong, elu lembur 2 shift"
"Iya, capek. Tapi Alhamdulilah rejeki gue udah lebih baik dari dulu. Sekarang kerja di pabrik jadi buruh kecil,Alhamdulilah Zol" Dia menjawab sambil tersenyum puas. Sayang kami terpaksa berpisah karena saya mau berangkat kerja.

Ingatanku kembali Mundur 20 tahun, saat itu aku berumur 8 tahun tinggal di Condet yang dekat dengan Pasar Kramat jati. Suatu hari, Rijo yang merupakan tetanggaku mengajak main ke pasar Kramat Jati.
Di sana dia mengajakku ketoko plastik dan dia membeli 10 kantong plastik hitam/krecek seluruhnya seharga seratus rupiah. Dia memberiku 5 buah Krecek itu dan ternyata dia mengajakku menjual krecek itu kepada ibu-ibu yg berbelanja dipasar seharga 25 rupiah. Pertama kali saya merasa malu, lalu sambil tersenyum dia bilang "ngak apa-apa Zol, nggak ada yg tau kok kita jualan. Ntar pulangnya kita beli es krim" katanya melipur kegundahan hatiku.

Semenjak hari itu tanpa sepengetahuan mamah setelah pulang sekolah, kami berdua pergi kepasar dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 3 kilometer. Setiap pulang kami selalu membeli es krim batangan, dan pendapatan pada akhir hari kami simpan dan dijadikan modal tuk membeli krecek pada esok harinya. Selama 3 bulan aku melakukan ini, berjalan ditengah pasar yg bau, terkadang amis, terkadang becek, terkadang menjadi porter tuk mengangkut belanjaan ibu-ibu.

Jujur, sampe sekarang aku ngak pernah gengsi kalo maen kepasar karena udah terbiasa sih *_^. Setelah 3 bulan terkumpullah uang sekitar 20 puluh ribuan. Suatu hari dia ngasih ide tuk bikin Persewaan Komik, dan saya pun setuju. Ditambah dg seorang teman karena kurang modal, akhirnya kami bertiga mulai membeli komik di pasar  impres senen.

Bertiga kami naik bis mayasari dari cililitan, beli komik lalu menyewakannya pada orang lain. Kios kami bikin dirumah Rijo terbuat dari triplek, dan secara bergantian kita jaga.Panas terik matahari, terkadang kehausan, terkadang pegal karena menenteng komik yg berat menjadi sesuatu hal yg biasa untuk aku. Sampai akhirnya aku masuk smp, dan terpaksa berhenti karena tidak ada lagi yg menjaga kios.

Perjalanan Hidup saya berbeda dengan Rijo. Saat saya menimbal ilmu di UI, dia bekerja menjadi penarik sampah dilingkungan Rt saat pagi hari, menjadi Ojek Motor saat malam hari.

Sekarang saya bekerja dikawasan sudirman, dimana saya bekerja sebagai senior system analyst disebuah Bumn yang memberikan penghasilan yang beberapa  kali lipat dari sahabatku Rijo. Sungguh, ada sesuatu yang mengusik hati. Betapa kami sangat menjalani kehidupan karir yang sangat berbeda dan kontradiktive. Aku yakin seandainya saja Rijo mendapat kesempatan yang sama dengan saya, pastilah (insya allah) dia akan jauh lebih baik dari saya. Walaupun Demikian beliau tetap bersyukur
pada pekerjaannya.

Dia Rijo, Guruku..
Nanti malam aku maen kerumahnya, tuk sebuah kalimat "Rijo,Terima Kasih telah mengajarkan kerja keras" yang belum terucap.

Subhanallah,Ada air mata yang aku tahan sepanjang perjalanan ke kantor ini. Sebuah air mata untuk rasa Terima Kasih kepada Rijo karena dialah salah seorang Guru yang mendidik saya arti kata bekerja keras.

PS: Bersyukur dan Berterima kasihlah pada orang-orang yg membentuk dan mendidik kita. (BPPN-June2001,Direvisi dari Email Ke Teman yg suka mengeluhkan pekerjaanya)

==========
Catatan (Moderator - KisahHikmah@YahooGroups.Com):
Penulis - Zhanaou@Yahoo.com, Terima Kasih telah Berbagi cerita.
Sumber - Pengalaman Pribadi.

Insya Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.
Wallahua'lam bishshowwaab
Wassalaamu'alaikum Wr Wb

Ikutan Yuk: KisahHikmah_subscribe@YahooGroups.Com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar