Sabtu, 05 Desember 2009

Pikirkan suatu keputusan

          Dahulu di suatu tempat di ujung keputusasaan, ada seorang anak laki-laki sedang merenungi sesuatu yang sudah lama ia pikirkan. Dia begitu serius memikirkannya. Dari belakang rumah sampai rumah tetangganya, otaknya terus berputar. Apakah kamu tahu dia memikirkan apa?
Dia adalah Harun Yahya berumur 25 tahun bertempat tinggal di suatu kota di Jawa. Dahulunya dia mengalami suatu kejadian yang tidak diinginkannya datang dalam hidupnya. Pada waktu itu, seorang perempuan datang kepadanya untuk sekedar mengajak ngobrol di suatu tempat makan. Canda tawa muncul dari kedua orang itu beberapa lama kemudian.
Di sisi yang berbeda, si perempuan menghentikan sejenak pembicaraan yang sudah hangat. Saat itu pagi jam 9.15, Fatimah adalah nama perempuan itu dan berkata kepada Harun, ”Bagaimana jika kamu selalu berada tidak jauh dariku?”

”Apa maksudmu?Aku tidak mengerti” Harun menjawab. Lalu dia menatap Harun serius. Dari telinganya terdengar bisikan dari mulut Fatimah.
Singkatnya, jika Harun bersedia dia harus berjanji untuk tidak mengingkari perkataannya.Lalu dia bersedia setelah berpikir sejenak sebelum mengetahui maksud dari perkataan Fatimah.Tiba – tiba dari mulutnya keluar perkataan yang mengejutkan.”Setelah ini, kita akan pergi ke rumah orang tuamu, Harun” kata Fatimah. Tidak usah dijelaskan, dia langsung bertanya lagi, ”Kenapa kok ke rumah bapak ibuku? Untuk apa?”Harun bingung. Fatimah langsung menggandeng tangannya lalu pergi meninggalkan Kedai kopi menuju suatu tempat.
Terkadang keputusan itu harus dipikirkan dengan matang dan tidak tergantung paksaan orang lain. Di perjalanan, Harun pun mengerti setelah Fatimah bercerita tentang maksud yang membuat bingung Harun. Dengan pasrah tanpa perlawanan, Harun akhirnya setuju karena dia sudah berjanji. Fatimah seorang perawan yang berumur 20 tahun di atas Harun mengajaknya menikah.
Alangkah senang hatinya, akhirnya dia mendapatkan jodoh juga.
Akhir cerita, bayi seberat 2,5 kilogram telah lahir di suatu rumah sakit tempat Fatimah bersalin. Harun akhirnya tersenyum.

2 komentar: