"Aku
mencintai karena Allah". Hmm.. siapapun tentu berdesir mendengar kalimat
yang satu ini. Ada perasaan haru yang membuncah di dada juga ketulusan yang
terpancar membaca rangkaian kalimat sederhana tersebut. Dan inilah yang
dirasakan oleh seorang sahabatku.
"Dia
ingin mengajakku menikah demi memenuhi panggilan dakwah mbak." Aku tersenyum,
ikut bahagia dan haru tentu saja.
"Sudah
terlalu lama Islam diberi citra negatif oleh orang banyak termasuk umat ISlam
sendiri. Dalam hal ini poligami. MBak, aku rela dijadikan istri kedua, atau
ketiga atau keempat sekalipun jika memang untuk dakwah. Karena jika bukan kita
yang membela panji Islam, siapa lagi? Aku semangat menyambut
ajakannya karena kami ingin menunjukkan bahwa poligami itu tidak semata karena
nafsu belaka." Dan proses ta'arufpun berlangsung. Sebagai penonton yang
baik, aku tidak banyak berkomentar tapi terus mengikuti alur cerita yang terus
bergulir di hadapanku sambil tak henti berdoa agar akhir cerita kali ini,
seperti cerita-cerita dongeng klasik yang selalu aku dengar, berakhir happy
ending. HIngga, sebuah suara sendu di telepon
menggetarkan
perasaanku.
"HIk..hik..
mbak... dia mengundurkan diri." Aku terperangah tak percaya, yang masih
terngiang di kepalaku adalah semangat mereka berdua dalam proses taaruf yang
telah terlanjur bergulir.
"Kenapa?"
"Dia
menginginkan seorang ibu yang kuat dan sehat bagi anak2nya. Dan aku tidak
memiliki keduanya. DOkter telah memvonisku untuk selamanya, seumur hidup
tergantung pada obat-obat penyakit jantung dan diabetes. Aku juga punya
kelainan di peranakan sehingga sulit untuk punya anak."
"Loh..
tapi kan kamu jadi istri kedua, istri pertamanya sudah memberinya anak bukan?
" Tak ada jawaban selain isak tangis. Setelah lama kami berdiam diri dalam
kesedihan, suara seraknya terdengar di telepon,
"MBak..
benarkan cinta tulus hanya karena Allah itu ada?" Aku tercenung.
Hmm..
kadang, kita sering menganggap enteng kalimat mulia ini, sehingga lupa.. bahwa
konsekuensi kalimat mulia ini sebenarnya cukup berat, karena mengharuskan
diri untuk terpisah dengan nafsu dan ambisi keduniaan. Tiba-tiba aku rindu
dengan kisah cinta kaum Anshar pada kaum Muhajirin
yang bergelora karena Allah. "Aku mencintaimu karena Allah saudaraku,
ambillah istriku, hartaku dan ternak yang kau inginkan karena ini juga
milikmu."
Ah...
terasa begitu indah. Atau ketika datang perintah untuk mengambil para janda dan
anak yatim yang ditinggalkan para suami dan ayah2 mereka di perang Uhud yang
membawa kekalahan besar bagi umat Islam kala itu, berduyun-duyun orang membantu
para janda dan anak yatim tersebut, tanpa memandang rupa, fisik dan kedudukan?
mereka. Bahkan Rasulullah sampai mengingatkan seorang pemuda yang mengambil
seorang janda dengan beberapa orang anak sebagai istrinya, "Mengapa kau ti!
dak mengambil seorang gadis agar kau bisa bersenang-senang dengannya?"..
"Sesungguhnya, aku ingin menyenangkan janda dan anak yatim itu ya
Rasulullah".
"Sstt..
sudah jangan menangis. CInta tulus karena Allah semata itu ada dan akan tetap
ada. Kamu harus yakin itu. LUpakan ikhwan itu, dia bukan ikhwan yang tidak
bersungguh-sungguh dengan kalimat cintanya. Yakin yah, masih banyak ikhwan lain
yang jauh lebih baik yang sedang menunggumu." dan keheningan memecah sore.
ini
kisah nyata loh. Akhwat dan ikhwan yang aku ceritakan
itu
ada. Aku ceritakan pada kalian untuk mengingatkan, agar hati-hati untuk
tidak
memaniskan mulut dengan kalimat indah jika kalian belum sanggup
melaksanakannya
-------------
==========
Catatan
(Moderator - KisahHikmah@YahooGroups.Com):
Penulis
- Ade Anita
Sumber - Salah Satu Milist Islami
Kiriman
- Annisa Riyanti,annisa@lginnotek.com, 25 Agustus 2003
Insya
Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.
Wallahua'lam
bishshowwaab
Wassalaamu'alaikum
Wr Wb
Ikutan
Yuk: KisahHikmah_subscribe@YahooGroups.Com
Link unduh Ebook Aku Mencintai Karena Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar