Minggu, 30 Desember 2012

Aku Mencintai Karena Allah


"Aku mencintai karena Allah". Hmm.. siapapun tentu berdesir mendengar kalimat yang satu ini. Ada perasaan haru yang membuncah di dada juga ketulusan yang terpancar membaca rangkaian kalimat sederhana tersebut. Dan inilah yang dirasakan oleh seorang sahabatku.

"Dia ingin mengajakku menikah demi memenuhi panggilan dakwah mbak." Aku tersenyum, ikut bahagia dan haru tentu saja.

"Sudah terlalu lama Islam diberi citra negatif oleh orang banyak termasuk umat ISlam sendiri. Dalam hal ini poligami. MBak, aku rela dijadikan istri kedua, atau ketiga atau keempat sekalipun jika memang untuk dakwah. Karena jika bukan kita yang membela panji Islam, siapa lagi? Aku semangat menyambut ajakannya karena kami ingin menunjukkan bahwa poligami itu tidak semata karena nafsu belaka." Dan proses ta'arufpun berlangsung. Sebagai penonton yang baik, aku tidak banyak berkomentar tapi terus mengikuti alur cerita yang terus bergulir di hadapanku sambil tak henti berdoa agar akhir cerita kali ini, seperti cerita-cerita dongeng klasik yang selalu aku dengar, berakhir happy ending. HIngga, sebuah suara sendu di telepon
menggetarkan perasaanku.

"HIk..hik.. mbak... dia mengundurkan diri." Aku terperangah tak percaya, yang masih terngiang di kepalaku adalah semangat mereka berdua dalam proses taaruf yang telah terlanjur bergulir.

"Kenapa?"

"Dia menginginkan seorang ibu yang kuat dan sehat bagi anak2nya. Dan aku tidak memiliki keduanya. DOkter telah memvonisku untuk selamanya, seumur hidup tergantung pada obat-obat penyakit jantung dan diabetes. Aku juga punya kelainan di peranakan sehingga sulit untuk punya anak."

"Loh.. tapi kan kamu jadi istri kedua, istri pertamanya sudah memberinya anak bukan? " Tak ada jawaban selain isak tangis. Setelah lama kami berdiam diri dalam kesedihan, suara seraknya terdengar di telepon,

"MBak.. benarkan cinta tulus hanya karena Allah itu ada?" Aku tercenung.
Hmm.. kadang, kita sering menganggap enteng kalimat mulia ini, sehingga lupa.. bahwa konsekuensi kalimat mulia ini sebenarnya cukup berat, karena mengharuskan diri untuk terpisah dengan nafsu dan ambisi keduniaan. Tiba-tiba aku rindu dengan kisah cinta kaum Anshar pada kaum Muhajirin yang bergelora karena Allah. "Aku mencintaimu karena Allah saudaraku, ambillah istriku, hartaku dan ternak yang kau inginkan karena ini juga milikmu."
Ah... terasa begitu indah. Atau ketika datang perintah untuk mengambil para janda dan anak yatim yang ditinggalkan para suami dan ayah2 mereka di perang Uhud yang membawa kekalahan besar bagi umat Islam kala itu, berduyun-duyun orang membantu para janda dan anak yatim tersebut, tanpa memandang rupa, fisik dan kedudukan? mereka. Bahkan Rasulullah sampai mengingatkan seorang pemuda yang mengambil seorang janda dengan beberapa orang anak sebagai istrinya, "Mengapa kau ti! dak mengambil seorang gadis agar kau bisa bersenang-senang dengannya?".. "Sesungguhnya, aku ingin menyenangkan janda dan anak yatim itu ya Rasulullah".

"Sstt.. sudah jangan menangis. CInta tulus karena Allah semata itu ada dan akan tetap ada. Kamu harus yakin itu. LUpakan ikhwan itu, dia bukan ikhwan yang tidak bersungguh-sungguh dengan kalimat cintanya. Yakin yah, masih banyak ikhwan lain yang jauh lebih baik yang sedang menunggumu." dan keheningan memecah sore.

ini kisah nyata loh. Akhwat dan ikhwan yang aku ceritakan
itu ada. Aku ceritakan pada kalian untuk mengingatkan, agar hati-hati untuk
tidak memaniskan mulut dengan kalimat indah jika kalian belum sanggup
melaksanakannya
-------------

==========
Catatan (Moderator - KisahHikmah@YahooGroups.Com):
Penulis - Ade Anita
Sumber  - Salah Satu Milist Islami
Kiriman - Annisa Riyanti,annisa@lginnotek.com, 25 Agustus 2003

Insya Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.
Wallahua'lam bishshowwaab
Wassalaamu'alaikum Wr Wb

Ikutan Yuk: KisahHikmah_subscribe@YahooGroups.Com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar