Garut,
Kompas - Seorang siswa sekolah dasar menggantung diri karena tak mampu membayar
biaya kegiatan ekstrakurikuler sebesar Rp 2.500. Anak malang ini sampai Sabtu
malam kemarin masih terbaring tidak sadarkan diri di ruang ICU Rumah Sakit
Dokter Slamet, Garut, Jawa Barat.
Haryanto
(12) melakukan tindakan nekat itu, Jumat (22/8), sekitar pukul 09.15. Ia
terdorong rasa malu sesudah mengetahui bahwa ibunya tidak memiliki uang yang ia
butuhkan. Anak sulung dari tiga bersaudara keluarga Suryana (42) yang
sehari-hari bekerja sebagai buruh pikul di Pasar Ciawitali, Garut, ini adalah
siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sanding IV, Kabupaten Garut.
Rustiana,
guru kelas VI SDN Sanding IV menceritakan, peristiwa ini bermula ketika pada
Selasa (19/8) siang ada dua orang tamu yang masuk ke kelasnya guna menawarkan
kegiatan ekstrakurikuler membuat sulaman burung dan mistar.
Untuk
biaya membeli bahan baku, setiap siswa yang mengikuti kegiatan membuat sulaman
burung diminta membayar Rp 2.500. Sementara yang ingin membuat mistar harus
membayar Rp 3.500.
"Kegiatan
itu sebenarnya tidak wajib hingga tidak semua siswa mengikutinya," jelas
Rustiana.
Sebagai
bukti, Rustiana lalu menyodorkan data bahwa dari 19 siswa kelas VI hanya 14
orang saja-termasuk Haryanto-yang mengikutinya. Saat itu, Haryanto memilih
membuat sulaman burung.
Pada
hari Rabu hingga Jumat, lanjut Rustiana, siswanya yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
secara silih berganti membayar uang kepadanya.
"Pada
Jumat pagi semua siswa sudah lunas membayar kecuali Haryanto. Kebetulan pagi
itu dua orang yang menawarkan kegiatan ekstrakurikuler datang lagi ke sekolah.
Melihat hal ini, saya lalu bilang ke siswa bahwa orangnya sudah datang,"
tutur Rustiana.
Mendengar
informasi ini, sekitar pukul 09.00, Haryanto yang merasa sebagai satu-satunya
siswa yang belum membayar lalu minta izin ke Rustiana untuk kembali ke rumah
yang berjarak sekitar 300 meter dari sekolah guna mengambil uang.
Sesampai
di rumah Haryanto lalu menemui ibunya, Karni (39), yang sedang sibuk memasak di
dapur untuk meminta uang Rp 2.500. Oleh karena tidak memiliki uang, permintaan
ini ditolak.
"Saat
itu saya memang tidak memiliki uang sesen pun. Paginya suami memang memberi Rp
7.000, namun sudah habis untuk belanja keperluan dapur. Suami saya memang
masih punya Rp 2.000. Tetapi, saat itu dia sedang pergi. Dan, lagi pula uang
itu rencananya untuk bekal ke pasar nanti malam," jelas Karni yang memiliki
tiga anak, yaitu Haryanto (12), Rijal (7), dan Restu (1,5).
Jika
pergi ke Pasar Ciawitali, Suryana, suami Karni, memang selalu membawa uang
untuk membeli makan. Dalam satu kali bekerja, yang berlangsung antara pukul
23.30 hingga 08.00 keesokan paginya, Suryana mengaku biasa mendapat penghasilan
sekitar Rp 20.000.
"Kebetulan
pada Kamis malam suami saya tidak ke pasar karena sedang tidak enak badan.
Jadi, uang yang saya miliki pada Jumat pagi amat terbatas," jelas Karni.
Saking
terbatasnya uang yang dimiliki, pada Jumat pagi itu juga, Karni terpaksa
meminjam Rp 2.000 dari Juju, tetangganya, untuk membeli minyak tanah.
Kawat
telepon
Mendengar
permintaannya tidak dipenuhi, Haryanto terus merengek, bahkan sampai menangis.
Melihat ibunya bergeming, anak yang jarang meminta uang kepada orangtuanya itu
mengambil gulungan kawat telepon bekas tali jemuran yang disimpan di kolong
dapur.
Haryanto
lalu pergi ke halaman belakang rumahnya yang berbentuk panggung dengan dinding
bilik bambu berukuran 4 x 5 meter. Dengan bantuan kusen yang ditumpuk, Haryanto
lalu mengikatkan salah satu ujung kabel telepon yang dia bawa ke usuk rumahnya
dan ujung lainnya ke leher.
"Tiba-tiba
saya mendengar suara keras jatuh di belakang rumah," ujar Karni yang
kemudian berlari ke belakang rumah.
Betapa
terkejutnya Karni ketika melihat Haryanto yang masih menggunakan pakaian
seragam Pramuka sudah menggantung diri dengan lidah menjulur keluar. Suara yang
didengar Karni rupanya berasal dari kusen tempat pijakan Haryanto yang jatuh.
"Saya
hanya dapat berteriak melihat pemandangan itu," kata Karni.
Para
tetangga yang mendengar teriakan Karni berdatangan dan menurunkan Haryanto dari
tali gantungan. Haryanto yang sudah tidak sadarkan diri lalu dibawa ke rumah
sakit.
Hingga
Sabtu malam, Haryanto yang memiliki berat sekitar 30 kilogram ini belum
sadarkan diri. Pernapasannya masih dibantu dengan oksigen dan infus dengan
kecepatan 10 tetes tiap menit yang menempel di tangan kanan, sementara perban warna
coklat terlihat menutupi lehernya.
Sebagai
biaya pengobatan Haryanto, Suryana mengaku telah mendapat bantuan Rp 250.000.
"Sekarang tinggal Rp 37.000 karena yang Rp 213.000 sudah habis untuk
membeli obat," jelas Suryana.
Guna
menetralisir keadaan, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia Kecamatan Garut
Kota Warsyan SI meminta Rustiana untuk sementara waktu tidak mengajar dahulu.
(NWO)
==========
Catatan
(Moderator - KisahHikmah@YahooGroups.Com):
Penulis
- NWO - Inisial
Sumber - http://www.kompas.co.id, Kompas. Minggu, 24
Agustus 2003
Judul
Asli : Tak Mampu Bayar Biaya Kegiatan Ekstrakurikuler Seorang Siswa SD
Gantung
Diri
***
Bukanlah
Menghadapkan Wajahmu Ke Arah Timur Dan Barat Itu Suatu Kebaktian, Akan Tetapi
Sesungguhnya Kebaktian Itu Ialah Beriman Kepada Allah, Hari Kemudian,
Malaikat - Malaikat, Kitab - Kitab, Nabi - Nabi, Dan Memberikan Harta Yang Dicintainya
Kepada Kerabatnya, Anak - Anak Yatim, Orang - Orang Miskin, Musafir
( Yang Memerlukan Pertolongan ) Dan Orang - Orang Yang Meminta - Minta; Dan (
Memerdekakan ) Hamba Sahaya, Mendirikan Shalat, Dan Menunaikan Zakat; Dan
Orang - Orang Yang Menepati Janjinya Apabila Ia Berjanji , Dan Orang - Orang Yang
Sabar Dalam Kesempitan , Penderitaan Dan Dalam Peperangan. Mereka Itulah Orang
- Orang Yang Benar ( Imannya ); Dan Mereka Itulah Orang - Orang Yang Bertakwa. (Al-Baqarah:177)
Masih
banyak Haryanto-haryanto lain, Adik-Adik kita yg masih berusia dini, bekerja
keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan membantu meringankan beban kedua
orang tuanya. Membantu kebutuhan mereka secara financial disertai dengan kasih
sayang, perhatian, kehangatan merupakan suatu bentuk/rasa bahwa kita mencintai
dan menyayangi mereka-mereka yg kurang beruntung, serta merupakan wujud
dari rasa syukur terhadap Apa-apa yg kita miliki. Bersyukurlah bila Anda termasuk
orang-orang yg merasakan kenikmatan saat memberi/membantu. (Z-Moderator)
Insya
Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.
Wallahua'lam
bishshowwaab
Wassalaamu'alaikum
Wr Wb
Ikutan
Yuk: KisahHikmah_subscribe@YahooGroups.Com
Link unduh Ebook Adik Kita....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar