Jodoh,
Rizki, Maut datangnya tak pernah kita sangka-sangka. Kalau Allah menghendaki
cepat atau lambat semuanya pasti datang. Demikian pula dengan jodoh yang sedang
kita ihtiarkan bersama baik lewat KJI maupun lewat biro jodoh-biro jodoh yang
lain, semua itu hanya sarana, apakah Allah memberi jodoh lewat jalan itu atau
tidak itu hak mutlak Allah. Jalan Allah untuk mempertemukan jodoh kita begitu
luasnya hingga tak terbatas. Untuk itu teman-teman jangan putus asa, dan jangan
berburuk sangka, hidupkan terus KJI, terus ihtiar dan jangan lupa berdo'a.
Dalam
kesempatan ini ijinkanlah saya berbagi cerita, bagaimana Allah memberikan jalan
untuk menpertemukan jodoh saya, mudah-mudahan
bisa di ambil hikmahnya bahwa tak semua
musibah itu berakibat buruk.
Berawal
dari sakit yang saya derita, tepatnya 3
hari setelah lebaran th 2001. Waktu itu saya lebaran di Singapore selama 4 hari. Sepulang dari Singapore tgl 19 Desember - 2001
badan saya terasa lelah tak berdaya, kepala pusing dan malamnya sesak nafas.
Biar begitu pagi harinya saya masih masuk kerja. Pertama saya berobat ke klinik tempat saya bekerja. Setiap kali
saya ke klinik saya di kasih obat
tapi obat itu hanya untuk menghilangkan rasa sakit. Entah sudah berapa kali saya
ke klinik tapi tak kunjung sembuh.
Sampai
penghujung tahun 2001. Tepatnya malam tahun baru di tempat kost saya mengadakan
acara halal bihalal, sekalian menyambut tahun baru 2002, pas jam 12 malam
kami mengadakan muhasabah di pimpin oleh bapak ustadz. Dalam muhasabah
itu saya panjatkan do'a minta kesembuhan kepada Allah SWT. Kira-kira jam 3 pagi saya baru bisa tidur, dalam tidurku
itu saya bermimpi bertemu seorang bapak tua pakai sarung, baju koko putih dan
kopyah, wajahnya kelihatan teduh dan menyejukan
hati. Saya di kasih air putih satu gelas sambil berkata "air
ini kamu minum untuk obat, air ini sudah saya kasih do'a" ,kemudian saya
di suruh minum air kelapa muda tapi belum sempat dapat kelapa muda saya
keburu bangun karena terdengar adzan subuh.
Pagi
harinya saya beli 1 buah kelapa muda dan saya minum airnya sampai habis. Alhamdulillah
esok harinya badan saya terasa ringan, segar dan nggak sesak nafas lagi. (Dalam pengalaman sepiritualku ini saya bisa
ambil hikmah betapa Allah begitu dekat dengan kita dan begitu pengasih dan
penyayang kepada siapa saja yang dekat
kepada-Nya dan mau berdo'a kepada-Nya)
Sampai
pertengahan bulan Maret-2002 saya ambil cuti untuk pulang ke Jawa selama 3 minggu. Seperti biasa umumnya orang tua pasti menanyakan apakah anaknya
sudah punya calon suami atau belum dan saya hanya bisa menjawab
"Do'akan
saja semoga secepatnya saya dapat jodoh".
Sepulang
dari jawa itulah sakitku kambuh lagi. Seperti yang pernah saya rasakan badanku
lemah tak bertenaga, sesak nafas dan terasa sakit di dada dan ulu hati. Karena
beberapa kali ke klinik tapi tak kungjung sembuh akhirnya saya minta rujukan
untuk periksa ke Ruma Sakit. Setelah di periksa oleh dokter, dokter menganjurkan
untuk ronsen. Dan hasilnya doter
menyatakan kalo saya kena Dispepsia
kronis, kalo tidak salah semacam radang saluran pencernakan (Lambung) dan
rongga paru-paru. Selama satu bulan saya menjalani perawatan (rawat jalan)tapi
hasilnya nihil, malah tambah sakit dan kondisiku makin lemah, bahkan
sampai
mengalami pendarahan lambung.
Tanggal 15 Juni 2002 atas saran teman, saya di antar untuk berobat ke Sinshe yang sudah
dia kenal sejak lama, tapi ternyata Sinshenya sudah pindah dan kami cuma dapat
alamatnya yang baru. Tgl 18 Juni 2002 saya pergi mencari alamat itu sendiri dan
Alhamdulillah ketemu juga. Ternyata yang ahli dalam pengobatan Sinshe ini
seorang ibu keturunan jawa kelahiran Aceh yang
kelak Insya Allah beliau jadi Ibu mertua saya karena beliau adalah Ibu
dari calon suami saya.
Waktu
itu Ibu tidak langsung menanyakan sakit saya tapi yang di tanyakan justru status
saya apakah sudah menikah atau belum, saya bilang kalo saya belum menikah dan
Ibu langsung bertanya apakah saya mau menikah dengan anaknya, Ito.
Kemudian saya minta untuk ta'aruf dulu sama mas Ito. Karena mas Itonya nggak tinggal
satu rumah sama Ibu tapi tinggal di rumahnya sendiri jadi proses ta'arufnya nggak langsung hari
itu tapi 5 hari setelah saya menjalani pengobatan (terapi) tepatnya tgl 22 Juni
2002. Sa'at itu juga Ibu langsung meminang saya atas persetujuan mas Ito.
Sebenarnya
kami berencana untuk menikah 2 bulan setelah pertunangan kami, tapi karena
keluarga kami yang berjauhan antara Jepara, Batam dan Aceh tentu membutuhkan
biaya transfortasi yang nggak sedikit . Jadi kami sepakat untuk menikah setelah
hari raya Idul Fitri atau tepatnya 6 bulan setelah pertunangan kami. Tak
seorangpun yang tahu kehendak Allah, tepat 6 hari setelah lebaran Idul Fitri
adik angkat mas Ito meninggal dunia dalam usiannya yang masih belia(9 th). Kami
pun menunda lagi penikahan kami hingga Insya Allah tgl 5 Februari 2003.
Begitulah
Allah mempertemukan jodoh buat saya, semua berjalan begitu saja seperti yang
Allah sudah takdirkan. Syukur Alhamdulillah tak henti-hentinya kupanjatkan
kepada Allah SWT. Sekarang bukan cuma kesembuhan yang saya dapat tapi juga
jodoh yang saya terima.
==========
Catatan
(Moderator - KisahHikmah@YahooGroups.Com):
Penulis
- Dirahasiakan.
Sumber - Pengalaman Pribadi, yg dicerita pada salah
satu Milist Islami
Dikirim
oleh penulis 28 Januari 2003. Moderator telah memintakan izin kepada
penulis,
sampai saat ini blum mendapatkan tanggapan. Menurut kami, kisah ini
dapat
memberikan hikmah kepada rekan-rekan yg sedang mencari pasangan hidup.
Atas
pertimbangan inilah kami, mempostingkan kisah ini. Afwan..
Insya
Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.
Wallahua'lam bishshowwaab
Wassalaamu'alaikum
Wr Wb
Ikutan
Yuk: KisahHikmah_subscribe@YahooGroups.Com
Link unduh Ebook Ada Apa Dibalik Sakitku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar