Minggu, 30 Desember 2012

Ada Apa Dibalik Sakitku?


Jodoh, Rizki, Maut datangnya tak pernah kita sangka-sangka. Kalau Allah menghendaki cepat atau lambat semuanya pasti datang. Demikian pula dengan jodoh yang sedang kita ihtiarkan bersama baik lewat KJI maupun lewat biro jodoh-biro jodoh yang lain, semua itu hanya sarana, apakah Allah memberi jodoh lewat jalan itu atau tidak itu hak mutlak Allah. Jalan Allah untuk mempertemukan jodoh kita begitu luasnya hingga tak terbatas. Untuk itu teman-teman jangan putus asa, dan jangan berburuk sangka, hidupkan terus KJI, terus ihtiar dan jangan lupa berdo'a.

Dalam kesempatan ini ijinkanlah saya berbagi cerita, bagaimana Allah memberikan jalan untuk menpertemukan jodoh saya,  mudah-mudahan bisa di ambil hikmahnya  bahwa tak semua musibah itu berakibat buruk.

Berawal dari sakit  yang saya derita, tepatnya 3 hari setelah lebaran th 2001. Waktu itu saya lebaran di Singapore selama 4 hari. Sepulang dari Singapore tgl 19 Desember - 2001 badan saya terasa lelah tak berdaya, kepala pusing dan malamnya sesak nafas. Biar begitu pagi harinya saya masih masuk kerja. Pertama saya berobat  ke klinik tempat saya bekerja. Setiap kali saya ke klinik saya di kasih obat tapi obat itu hanya untuk menghilangkan rasa sakit. Entah sudah berapa kali saya ke klinik tapi tak kunjung sembuh.

Sampai penghujung tahun 2001. Tepatnya malam tahun baru di tempat kost saya mengadakan acara halal bihalal, sekalian menyambut tahun baru 2002, pas jam 12 malam kami mengadakan muhasabah di pimpin oleh bapak ustadz. Dalam muhasabah itu saya panjatkan do'a minta kesembuhan kepada Allah SWT. Kira-kira jam  3 pagi saya baru bisa tidur, dalam tidurku itu saya bermimpi bertemu seorang bapak tua pakai sarung, baju koko putih dan kopyah, wajahnya kelihatan teduh dan menyejukan hati. Saya di kasih air putih satu gelas sambil berkata "air ini kamu minum untuk obat, air ini sudah saya kasih do'a" ,kemudian saya di suruh minum air kelapa muda tapi belum sempat dapat kelapa muda saya keburu bangun karena terdengar adzan subuh.

Pagi harinya saya beli 1 buah kelapa muda dan saya minum airnya sampai habis. Alhamdulillah esok harinya badan saya terasa ringan, segar dan nggak sesak nafas lagi.  (Dalam pengalaman sepiritualku ini saya bisa ambil hikmah betapa Allah begitu dekat dengan kita dan begitu pengasih dan penyayang  kepada siapa saja yang dekat kepada-Nya dan mau berdo'a kepada-Nya)

Sampai pertengahan bulan Maret-2002 saya ambil cuti untuk pulang ke Jawa selama 3 minggu. Seperti biasa umumnya orang tua pasti menanyakan apakah anaknya sudah punya calon suami atau belum dan saya hanya bisa menjawab
"Do'akan saja semoga secepatnya saya dapat jodoh".

Sepulang dari jawa itulah sakitku kambuh lagi. Seperti yang pernah saya rasakan badanku lemah tak bertenaga, sesak nafas dan terasa sakit di dada dan ulu hati. Karena beberapa kali ke klinik tapi tak kungjung sembuh akhirnya saya minta rujukan untuk periksa ke Ruma Sakit. Setelah di periksa oleh dokter, dokter menganjurkan untuk ronsen.  Dan hasilnya doter menyatakan kalo saya kena Dispepsia kronis, kalo tidak salah semacam radang saluran pencernakan (Lambung) dan rongga paru-paru. Selama satu bulan saya menjalani perawatan (rawat jalan)tapi hasilnya nihil, malah tambah sakit dan kondisiku makin lemah, bahkan
sampai mengalami pendarahan lambung.

Tanggal 15 Juni 2002 atas saran teman, saya di antar untuk berobat ke Sinshe yang sudah dia kenal sejak lama, tapi ternyata Sinshenya sudah pindah dan kami cuma dapat alamatnya yang baru. Tgl 18 Juni 2002 saya pergi mencari alamat itu sendiri dan Alhamdulillah ketemu juga. Ternyata yang ahli dalam pengobatan Sinshe ini seorang ibu keturunan jawa kelahiran Aceh yang  kelak Insya Allah beliau jadi Ibu mertua saya karena beliau adalah Ibu dari calon suami saya.

Waktu itu Ibu tidak langsung menanyakan sakit saya tapi yang di tanyakan justru status saya apakah sudah menikah atau belum, saya bilang kalo saya belum menikah dan Ibu langsung bertanya apakah saya mau menikah dengan anaknya, Ito. Kemudian saya minta untuk ta'aruf dulu sama mas Ito. Karena mas Itonya nggak tinggal satu rumah sama Ibu tapi tinggal di rumahnya sendiri  jadi proses ta'arufnya nggak langsung hari itu tapi 5 hari setelah saya menjalani pengobatan (terapi) tepatnya tgl 22 Juni 2002. Sa'at itu juga Ibu langsung meminang saya atas persetujuan mas Ito.

Sebenarnya kami berencana untuk menikah 2 bulan setelah pertunangan kami, tapi karena keluarga kami yang berjauhan antara Jepara, Batam dan Aceh tentu membutuhkan biaya transfortasi yang nggak sedikit . Jadi kami sepakat untuk menikah setelah hari raya Idul Fitri atau tepatnya 6 bulan setelah pertunangan kami. Tak seorangpun yang tahu kehendak Allah, tepat 6 hari setelah lebaran Idul Fitri adik angkat mas Ito meninggal dunia dalam usiannya yang masih belia(9 th). Kami pun menunda lagi penikahan kami hingga Insya Allah tgl 5 Februari 2003.

Begitulah Allah mempertemukan jodoh buat saya, semua berjalan begitu saja seperti yang Allah sudah takdirkan. Syukur Alhamdulillah tak henti-hentinya kupanjatkan kepada Allah SWT. Sekarang bukan cuma kesembuhan yang saya dapat tapi juga jodoh yang saya terima.

==========
Catatan (Moderator - KisahHikmah@YahooGroups.Com):
Penulis - Dirahasiakan.
Sumber  - Pengalaman Pribadi, yg dicerita pada salah satu Milist Islami
Dikirim oleh penulis 28 Januari 2003. Moderator telah memintakan izin kepada
penulis, sampai saat ini blum mendapatkan tanggapan. Menurut kami, kisah ini
dapat memberikan hikmah kepada rekan-rekan yg sedang mencari pasangan hidup.
Atas pertimbangan inilah kami, mempostingkan kisah ini. Afwan..

Insya Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.
Wallahua'lam bishshowwaab                   
Wassalaamu'alaikum Wr Wb

Ikutan Yuk: KisahHikmah_subscribe@YahooGroups.Com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar