Ya
Allah, Ridhailah hamba..
"Ya
Allah.. ridhailah hamba .", kata-kata itu yang selalu terucap saat aku melihatnya.
Acara
TV itu selalu kutunggu setiap tahun, acara siaran langsung dari Mekkah. Gambar
dan suara di TV itu telah mengirimkan sinyal ke otak, dan membuat hati berdebar
serta menstimulasi butir-butir air mata yang membasahi pipiku. Labbaikallahumma
labbaik, beriring seluruh jama'ah haji menyambut penggilan Allah.
Terlihat jelas dari layar gelas itu, mereka bertawaf mengitari rumah-Mu Ya
Tuhan, mereka duduk tafakur memanjatkan do'a di padang Arafah, mereka
berlari-lari kecil dari Shofa dan Marwah, dan melempar kerikil kecil yang
bermakna besar-untuk menghalau iblis jahannam. Aku terhanyut seakan jiwaku
bersama mereka.
Semua
itu, aku saksikan di TV dengan dentuman jantung dan lelehan air mata, seraya
tak henti mengucap Ya Allah, ridhailah hamba menyambut panggilan-Mu kelak
untuk menjadi tamu-Mu, untuk melakukan haji dan umroh hanya untuk-Mu.
Kalau
dihitung secara matematis, gajiku sebagai seorang calon PNS tidak akan cukup
untuk membiayai impianku- menjadi tamu Allah di Masjidil Haram dan
berziarah
ke makam Rasulullah di Madinah. Tapi, aku yakin akan firman Allah
bahwa
kita tidak boleh berputus asa dalam mencapai rahmat Allah. Aku tak bosan-
bosan
berucap
"Ya
Allah ... ridhailah hamba.", setiap saat aku melihat gambar ka'bah dan
mendengar
talbiyah dikumandangkan.
Di
suatu malam yang sunyi dalam Ramadhan di bulan Maret 1997, aku berdiri di pelataran
masjid Istiqlal memandang ke langit yang jernih dan berhias bintang, aku
menangis menikmati suasana malam itu. "Ya Allah, terima kasih atas saat yang damai
ini di rumah-Mu, ridhailah hamba untuk menikmati damainya Masjidil Haram Ya
Tuhan", gumamku.Hamba akan sabar menanti panggilan-Mu Ya Tuhan. Namun
rizqiku bukan
di tangan Pemerintah, bukan di tangan bosku, bukan di tangan orang tuaku, tapi
Penciptaku yang mencukupi dan mendengar do'aku. Rizqi itu datang dari arah yang
tak pernah aku sangka. Setelah beberapa bulan aku bekerja tak kenal lelah baik
di kantor di pagi hari dan mengajar di malam hari, aku tertegun melihat jumlah
saldo tabunganku. Telah cukup bekalmu untuk menunaikan umroh, bisik hati kecilku.
Namun,
setan mulai membisik-bisik dengan segala rayuan dan tipu dayanya berusaha
membelokkan niatku. Hampir saja aku tergelincir, tapi Allah menyelamatkan
aku. Bergegas aku menukarkan rupiahku dengan US$ yang nilainya semakin naik
sampai sekarang dan tidak pernah turun. Allahu Akbar, dengan ridha Allah
tersungkur aku bersujud di depan ka'bah, tersedu aku di masjid Nabawi mengingat
Rasulullah, menapak kakiku di Masjidil Aqsha. Alhamdulillaah, Ya Allah, telah
kaubawa hamba ke tempat yang Kau wajibkan hamba-Mu untuk mendatanginya. Perjalanan
umroh itu menjadi tambahan spirit dalam hidupku, menambah keyakinan akan kasih
dan saying Allah pada hamba-Nya.
Hal
itu pula yang menguatkan semangatku untuk berusaha mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan pendidikan S2. Tahun 1998, aku mendaftar untuk mendapatkan beasiswa
dari Pemerintah Inggris, yang kedutaannya selalu aku lewati jika menuju ke
kantor. Setiap aku melintas di depannya setiap hari, dari balik jendela Kopaja
secara refleks aku bergumam
"Ya
Allah ridhailah hamba .", kata-kata itu yang selalu terucap saat aku melihatnya.
Subhanallaah,
di tahun 2000 dengan ridha Allah aku dapat meraih gelar master di Inggris.
Kembali ke Indonesia, aku jalani kehidupan sendiri dengan usia yang semakin
merambat. Dalam kesepian, di jalan menuju kos-kosan baru aku melihat papan
penunjuk jalan itu. Setiap hari aku lewati, sampai aku hafal, ada tanda panah
dan tulisan Kantor Urusan Agama di sebelahnya. Setiap hari . spontan aku berucap
"Ya
Allah, hamba merindukan pendamping hidup".
"Ya
Allah ... ridhailah hamba .", kata-kata itu yang selalu terucap saat aku melihatnya.
11
Januari 2002, dua hari setelah Pak Ustadz menanyakan keputusanku, tanpa persiapan
yang rumit namun dengan ridha Allah aku menikah dengan seorang muslim. Betapa
terkejutnya aku ketika menyadari bahwa KUA yang mencatat pernikahan kami adalah
KUA yang tiap hari aku lewati. Allahu Akbar ... Subhanallaah.
"Ya
Allah . tunjukilah hamba untuk mensyukuri nikmat-Mu ... ibadah hamba, sujud hamba,
tangisan hamba tak akan pernah sebanding dengan nikmat-Mu Ya Tuhan. Ya
Allah . ridhailah hamba . untuk senantiasa berada dalam ajaran-Mu"..
Selalu
terucap setiap saat aku melihat keindahan dan kebesaran segala ciptaan-Mu
Ya
Tuhan ...
==========
Catatan
(Moderator - KisahHikmah@YahooGroups.Com):
Penulis
- Sitta Izza Rosdaniah - (sitta@rocketmail.com)
Sumber
- www.Eramuslim.com, Kiriman seorang Teman, January 15, 2003
Insya
Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.
Wallahua'lam
bishshowwaab
Wassalaamu'alaikum
Wr Wb
Ikutan
Yuk: KisahHikmah_subscribe@YahooGroups.Com
Link unduh Ebook Ya Allah Ridhailah Hamba..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar