Raut
wajahnya keriput dan hitam legam kulitnya terbakar matahari. Senyum selalu terlihat
diwajahnya, dan senyum inilah yg membuatku selalu memperhatikannya.
Beberapa
saat kemudian aku panggil dia. Berniat tuk mengenal dia lebih dalam sambil menunggu seseorang yg sedang berbelanja dipasar.
Berharap aku dapat mengetahui rahasia senyumnya di siang hari bolong ini.
"Pak,
Rokok!!" dan dia duduk disampingku.
"Sampurna Mild, sebungkus pak".
Setelah
itu dia memberi sebungkus rokok. Sambil membakar sebatang rokok,
aku
membayar.
"Udah
lama pak, jualan asongannya?" Tanyaku ke bapak ini.
"Udah
lama sekali De', mungkin lebih dari lima tahun saya jualan asongan.
Lagi
nungguin yg belanja yah,De' ?"
"iya,
temenin saya ngobrol yah. Bapak dari mana?!! keluarga gimana pak?!!" tanyaku
"iya,
boleh. Saya mao ngaso sebentar. Bapak dari tegal, Anak dan istri saya disana semua.
Anak ada lima pak.Ada yg udah nikah dan kerja, ada yg masih sekolah.
Insya
Allah, saya maonya mereka sampe tamat sekolahnya. Klo ada rejeki sih,
saya
mao ada anak saya yg bisa kuliah. Mudah-mudahan Allah akan menolong saya."
"Amien.
Insya allah yah,pak. Oh yah, sehari dapet brapa?!"
"Alhamdulillah,klo
dipotong ama makan,sehari dapet untung bersih 3 sampe 10 ribu.
Itu
juga Bapak sangat bersyukur banget. Uang itu ditabung dan bapak kirimin sebulan
sekali ke istri diTegal buat biaya sekolah."
Dia
diam sejenak, kemudian beliau menundukkan kepala.
"Memang
sih, dikampung ada yg ngebantuin nambahin biaya sekolah anak-anak.
Tapi
Jujur aja de' , rasanya bapak malu sekali menerima bantuan itu. Rasa malu itu
membuat
saya kerja keras dan selalu tawakal, karena Allah tidak akan mensia-siakan usaha
bapak ini. Insya Allah klo bisa, Bapak tidak ingin menerima bantuan orang lain,
sehingga uang itu bisa diberikan kepada yg lebih membutuhkannya."
"Amien..
Bersabar yah pak. Insya Allah, dia selalu mendengarkan. Mungkin ini ujian
untuk
bapak agar bersabar. Aduh, maaf yah pak saya
jadi sok nasehatin bapak."
Komentarku,
dia menoleh, menatap mataku dan tersenyum lembut.
"Ade'
benar, Saya bersyukur, amat sangat bersyukur sekali sama Allah. Betapa dia
sangat
baik ke bapak, sehingga anak-anak bapak masih bisa sekolah, ada istri yg setia dan
ngurusin anak, rejeki yg halal dan cukup untuk makan. Alhamdulilah, Bapak
bener-bener bersyukur atas semua ini, karena bapak yakin masih banyak orang
lain yang hidupnya kurang beruntung dibandingkan bapak. Masih banyak orang yg
untuk makan aja blum tentu 3x sehari seperti bapak.. Subhanallah, aku yakin dia
ngejaga kita dan keluarga kita, klo saja kita bersabar,bersyukur dan bekerja
keras."
Dia
tersenyum menatapku yg sedang memperhatikan perkataan beliau.
Sambil
menepuk pundak dan tersenyum, dia pamit dan pergi..
Masih
terngiang dalam ingatan ku ini, senyum terakhirnya yg ramah dan lembut.
Mungkin
senyum itu terbentuk dari kesabarannya atas kehidupannya, mungkin pula senyum
hadir karena rasa syukurnya atas apa yg beliau dapatkan.
Mungkin
juga kedua..
Semoga
ingatanku tentang beliau dengan senyumnya di siang hari bolong,
selalu
hadir tuk mengajariku untuk bersabar dan beryukur.
(zhanaou@yahoo.com)
==========
Catatan
(Moderator - KisahHikmah@YahooGroups.Com):
Penulis
- Zhanaou@yahoo.com
Sumber
- Pribadi. 04 Agustus 2003, Kantor.
Insya
Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.
Wallahua'lam
bishshowwaab
Wassalaamu'alaikum
Wr Wb
Ikutan
Yuk: KisahHikmah_subscribe@yahoogroups.com
Link unduh Ebook Senyumnya di siang hari..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar