Senin, 28 Mei 2012

Pernikahan Mamah dan Papah

Sabtu Tengah malam, saat aku lagi asik baca komik yg baru dibeli, Mamah masuk ke kamar. Kita ngobrol tentang pembayaran asuransi yg jatuh tempo, ngobrol ttg kampus. Tiba-tiba Mamah tanya:"Kamu jadi mau Nikah ama Siapa?!! " Aku hanya diam dan tersipu-sipu malu. Ngak bisa ngejawab pertanyaan Mamah?!

Setelah Shalat Malam, Aku rebahkan badanku yg tiba-tiba sangat Penat dan Letih setelah mendengar pertanyaan dari mamah. Hmm... Letih dan Cukup Meletihkan, perjalanan ini mencari sesuatu yg aku nilai tinggi dan baik ternyata sesungguhnya tidak mempunyai nilai dan sebaliknya...


Dalam keletihan ini, aku jadi teringat cerita si Mamah waktu aku tanya "Mah, gimana sih bisa kenal 'n nikah ama papah?!" Sambil senyum mamah cerita. Papa di kenalin ke mamah oleh salah seorang sanak family. Semenjak pertama kali ketemu si Mamah, papah yakin klo Mamahlah Wanita yg akan menjadi istrinya. Semenjak pertemuan pertama mereka, Papah setiap hari ngedatengin ke rumah mamah selama (klo ngak salah) sebulan. Keyakinan Papah terhadap Mamah dikerenakan Mamah termasuk wanita yg cerdas dan intelektual tapi juga Shaleh. Mamah bilang ke aku, klo dia itu ngak suka ama Papah pada awalnya. Tapi semenjak setiap hari Papah maen kerumahnya, perlahan-lahan Mamah simpati terhadap keteguhannya dan keyakinannya tuk menikahi Mamah. Akhirnya Mamah mao menikah dg Papah yg waktu itu seorang supir taksi..

Semenjak kecil, Aku selalu ngeliat betapa Papah sangat melindungi Mamah dan memberikan rasa nyaman dan aman kepada Mamah dan Kami sekeluarga. Alhamdulilah, setelah kurang lebih sepuluh tahun menjadi supir taksi, Allah memberikan jalan yaitu Papah mendapatkan pekerjaan sebagai pegawai rendahan di Bangkok Bank. Pekerjaan ini didapetkan atas kebaikan seorang penumpang taksi yg biasa Papah bawa, penumpang itu nyuruh papah ngelamar dan akhirnya diterima kerja disana.. Papah mulai nabung tuk beli rumah, karena beberapa taun awal pernikahan, mereka tinggal dirumah Mamah yg punya saudara sebanyak 6 orang dan amat sangat sempit.

Karena hemat, akhirnya mereka mendapatkan kesempatan tuk beli dan bangun rumah di Condet dg cara pembayaran di cicil setiap tahunnya. Rumah yg cukup besar sekitar 300 meter, yg baru bisa papah lunasi saat aku tamat SMA (1993), baru terlunasi setelah mencicil selama 15 tahun.. Untuk membiayai kuliahku pun, Papahku minjem uang, yg akhirnya aku lunasi saat aku bekerja di sebuah perusahaan swasta. Selama ini Papah tidak pernah sekalipun membolos atau males tuk bekerja, bahkan bila saat sakitpun ia tetap berangkat kekantor walaupun kondisi fisik kurang baik. Hal ini Papah lakukan karena Rasa Syukurnya mendapatkan perkerjaan di Bangkok Bank dan Tanggung jawabnya kepada Kami. Papah pensiun dari Bankok Bank tahun 1999 setelah lebih 30 tahun bekerja di sana, Aku kagum dan haru dengan Kesetiannya kepada perusahaan tsb. Walaupun Papah cuma pegawai rendahan, dia tetap bersyukur dapat bekerja disana. Penghasilan terakhir yg Papah terima saat pensiun itu kurang lebih Setengah dari gaji Ku saat itu, sementara aku baru bekerja selama 2 tahun sedangkan Papah 30 tahun.. Air mataku mengalir saat aku tau bahwa gaji Papah sangat kecil, tapi mampu membiaya kami hingga kami (aku dan adikku) dapat kuliah di UI..

Mungkin, Allah Sangat baik sekali menjaga pernikahan Mamah dan Papah. Selama ini TIDAK PERNAH sekalipun kami melihat mereka bertengkar atau bersuara keras/teriak baik kepada kami maupun diantara mereka. Sering kali aku lihat, mereka berdua duduk di teras muka rumah tuk ngobrol saat malam. Mamahku menderita Diabetes/penyakit gula, semenjak pensiun Papah selalu menemani kemanapun Mamah pergi. Papahlah yg menggantikan Tugas-tugas Mamah, tuk mencuci & menyeterika baju-baju, Papah pula lah yg mengepel rumah dan membersihkan rumah. Tuk mengisi waktu luangnya, Mamah jualan Soto Padang yg biasanya kami jual pada hari minggu pagi di kampus UI. Papah membantu semua pekerjaan Mamah, kecuali memasak. Dia juga ikutan menjual ss teh manis ato kopi. Mereka pergi pagi-pagi sebelum Subuh, menggunakan mobil taruna yg aku belikan untuk Mereka. Waluapun sudah berkali-kali aku larang karena kuatir kesehatan mereka, tapi mereka tetap jualan dg alasan tidak mao ngerepotin aku secara financial

Mereka, Papah dan Mamahku ternyata selama berpuluh-puluh tahun ini selalu Shalat Tahajud. Terkadang saat tengah malam, Aku sering mendengar kucuran air saat mereka Wudhu. Bahkan aku,sering mendengar Papahku membangunkan Mamah tuk Shalat Tahajud atao sebaliknya. Seperti Sabtu malam ini, Saat Air mataku mengalir dg deras merenungi Pernikahan Papah dan Mamah, sayup-sayup aku mendengar bunyi air wudhu. Selama berpuluh-puluh tahun pula, Papahku selalu mematikan tipi saat magrib agar kami sekeluarga tidak menonton tipi dan mengerjakan Shalat. Papah biasanya meneruskan berzikir sampai Isya, setelah shalat magrib, terkadang mamahpun demikian. Papahku dan Mamahku, bukanlah dari kalangan orang yg berpengetahuan agama yg tinggi, mereka hanya orang biasa saja. Tapi Betapa Mereka Sangat Khusuk dalam Shalat-shalatnya

Mungkin Allah, menjaga mereka dan kami.
Aku bersyukur, terlahir dan besar dari mereka.
Aku inginkan suatu saat nanti pernikahanku, seperti pernikahan Papah dan Mamah yg penuh berkah dan ketenangan serta kesejukan...
Yg mengantarkan Kami Anak-Anaknya menjadi seperti sekarang.
Terima Kasih Papah.. Mamah..

Wassalam

Zhanaou@yahoo.com

==========
Catatan (Moderator - KisahHikmah@YahooGroups.Com):
Penulis - Zhanaou@yahoo.com 
Sumber - Pribadi, 20 Juni 2003 - Makan Siang, Kantor 
Insya Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya. 



Wallahua'lam bishshowwaab
Wassalaamu'alaikum Wr Wb 


Ikutan Yuk: KisahHikmah_subscribe@YahooGroups.Com



Link unduh ebook Pernikahan Mamah dan Papah 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar