Selama ini, kita selalu berpendapat bahwa khusyu’ itu
sangat sulit dicapai. Ketika shalat, pikiran sering pergi kemana-mana. Karena
itu, lalu muncullah cara mengatasinya yaitu dengan konsentrasi. Konsentrasi
pikiran seolah-olah telah menjadi kunci mencapai khusyu’. Maka tidak
mengherankan jika pelajaran shalat khusyu' pada umumnya ditujukan untuk
membantu mengarahkan konsentrasi pikiran, seperti misalnya melihat titik di
tempat sujud, menerjemahkan bacaan, menghadirkan Allah, dan lain-lain.
Cara-cara tersebut terlihat meyakinkan, tetapi
kenyataannya tidak memberi terlalu banyak manfaat. Melihat tempat sujud
membantu agar pandangan kita tidak melirik kekiri dan kanan, tetapi tidak mampu
menahan pikiran kita yang suka melompat ke kiri dan kanan.
Jika khusyu’ dapat
diperoleh dengan mengerti arti bacaannya, ketika saya pergi ke Mekkah, ternyata
orang-orang Arab pun terlihat tidak lebih khusyu’ daripada kita. Ada yang
matanya melirik ke kiri-kanan, ada yang sibuk merapihkan tutup kepalanya, dan
lain-lain. Padahal mereka tentu mengerti arti bacaannya. Mencoba “menghadirkan”
Allah, malah menambah kebingungan kita sendiri. Di dalam Al Qur’an dinyatakan,
bahwa Allah tidak bisa diserupakan apapun juga (QS Asy Syuura [42] : 11). Jadi
apapun yang kita bayangkan mengenai wujud Allah, maka itu pasti salah. Anehnya,
cara-cara tersebut, meskipun terbukti gagal sebagai metoda mencapai khusyu',
tetapi terus-menerus diajarkan oleh orang tua ke anaknya, oleh guru ke
muridnya, demikian dari generasi ke generasi. Agak konyol memang.
Ketika usaha khusyu’ melalui konsentrasi gagal, maka
muncullah persyaratan-persyaratan lain. Ada yang mengatakan, bahwa untuk
khusyu’ kita harus suci, bersih dari perbuatan dosa. Persyaratan ini sempat
pula membuat saya pesimis, karena ternyata banyak ustadz-ustadz yang saya kenal
secara pribadi sebagai orang yang shaleh, bisa berbahasa Arab, tinggi ilmu
agamanya, ternyata mengalami masalah pula dengan shalat khusyu’. Kalau mereka
saja yang tinggi ilmu agamanya, banyak berdzikir dan menjaga perbuatannya saja
sering tidak khusyu’, bagaimana dengan saya?
Temukan jawaban selengkapnya di ebook Khusyu' itu Mudah. Unduh di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar